Dikutip
dari situs dokterkuro.com malformasi arteri-vena merupakan kejadian yang
berbahaya dan akut. Hal itu memicu terjadinya serangan stroke atau pecahnya
pembuluh darah dikepala. Sebagaimana dugaan para dokter bahwa telah terjadi
pecahnya pembuluh darah di kepala pada seorang gadis remaja yang cerdas ahli 14
bahasa asing yang tengah diberitakan, maka pentingnya para dokter untuk
mengkaji tentang hal tersebut.
Yang paling ditakutkan adalah jika
terjadi perdarahan di otak akan menyebabkan stroke. Menurut penelitian di otak
terjadi AVM yaitu 1 diantara 200 hingga 500 orang. Dengan pria lebih banyak
daripada wanita. Bila penderita AVM pernah mengalami pecahnya pembuluh darah
tersebut, tercatat kemungkinan 20% pada tahun pertama akan mengalami perdarahan
lain hampir 20%, dan bertahap berkurang menjadi sekitar 3-4% pada tahun
berikutnya.
Untuk
mengetahui apakah ada AVM di otak dapat digunakan; CT-Scan dengan kontras atau
CT scan dengan zat pewarna, MRI atau Magnetic
Resonance Imaging yaang dijadikan MRA (Magneting
Resonance Angiography) berdasarkan gelombang elektromagnet yang disusun di
layar komputer, serta untuk melihat AVM dapat pula digunakan Angiogram dengan
menggunakan kateter kecil dari pangkal paha ke otak dan dilakukan pencitraan
zat pewarna. Langkah angiogram ini memang paling sulit dilakukan namun hasil
pencitraannya lebih akurat dibanding dengan cara yang lain.
“Ya
benar, bisa juga terjadi pada anak-anak” Kata dr. Yoyok Subagijo singkat saat
pertemuannya dengan alumnikedokteranumm.com. Beliau menjelaskan lebih lanjut
bahwa anak-anak lebih terjadi pada kelainan bawaan atau kongenital. Berdasarkan
literatur yang telah dipelajari alumnikedokteranumm.com bahwa AVM memang
cenderung terjadi tanpa bisa diketahui penyebabnya. Jika anak terlalu cerdas
apakah itu memicu terbentuknya malformasi masih menjadi perdebatan. Gejala AVM
memang nonspesifik, yang paling sering adalah penderita merasakan sakit kepala
yang berat ketika berpikir.
Baca Juga :
Share This Article
0 komentar:
Posting Komentar