Majalah klasik pertama di Kedokteran UMM

Masih ingatkah teman-teman akan sampul buku ini ? Bagaimana sejarah terbitnya majalah kontroversial ini ?

dr. Indra S, Sp.THT-KL Terobsesi Aplikasikan Etos Belajar Samurai Pada Mahasiswa FK-UMM

Mengapa beliau terobsesi ? apa saja pengalaman yang beliau dapatkan selama berguru disana ?, selengkapnya lihat laporan khusus disini.

dr. Basirun, MARS Serukan Pentingnya Lembaga Bantuan Hukum untuk dokter

Pentingnya sebuah ikatan alumni untuk memberi perlindungan hukum bagi para lulusan FK di era globalisasi yang penuh dengan badai fitnah, tuntutan, dan sorotan hukum.

Perwakilan Borneo dr. Fachriza Effendi serukan perlindungan terhadap Koas

Ia berharap meskipun baru S.Ked dokter muda juga sudah termasuk alumni yang harus dilindungi.

Mantan KASAD : "Kabar gembira bagi kita semua, kita punya ikatan alumni !"

Mantan KASAD (Kepala Staf Asisten Dosen) Anatomi FK-UMM dr. Yoyok Subagijo sangat antusias dan mendukung pembentukan Ikatan Alumni.

Senin, 23 Februari 2015

Workshop Intervensi Manajemen Nyeri (Pain Management) tanggal 17 - 19 April 2015 mencapai 28 SKP

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang kembali melakukan workshop berkelas berbasis sains ilmiah dengan andalannya membawa isu-isu terbaru di bidang kedokteran kesehatan terutama teknologi terbaru. Tidak main-main workshop ini mencapai 28 SKP yang terbagi atas beberapa topik penting terhangat saat ini. Anggota gerak dan susunan medulla spinalis tentunya tidak terpisahkan antara neurology dan osteo-muskuloskeletal sehingga kolaborasi antara kedua sub bidang tersebut sangat penting.

28 SKP dan Upgrade Skill dalam Manajemen Nyeri
Anastesiolog berpengalaman yang menjadi motor terselenggarakannya acara ini dr. Abi Noer Wahyono, Sp.An sampai berkali-kali berusaha menyatukan kolaborasi Neuro-muskuloskeletal dari Ortophaedic dan Neurology hingga terselenggarakan acara ini. Ia mengatakan bahwa Interventional Pain Management ini bukan simposium biasa dan merupakan Management Course (kursus) dengan level dasar yang cocok untuk semua kalangan, baik dokter umum, maupun dokter spesialis yang ingin mengupgrade ilmunya. Bertempat di RS Universitas Muhammadiyah Malang Jalan Tlogomas No. 45 Malang, para dokter akan mendapatkan banyak keuntungan dalam workshop kali ini.

Dibuka dengan sesi ilmiah berupa Modalitas Anatomi medulla spinalis dengan menggunakan C-Arm yang canggih, dilanjutkan dengan teknik memblok cabang dari Medulla Spinalis masih menggunakan panduan C-Arm hingga kemudian para peserta di hari pertama dimanjakan dengan praktek tiga skill yang diajarkan. Pertama, peserta dapat memilih Lumbar Thoracal Transformal Epidural Injection,  kemudian dilanjutkan dengan Panduan C-Arm untuk blok cabang medial dari Lumbar, dan ketiga menggunakan USG untuk masalah gangguan pada shoulder.

Hari kedua kita akan mendengarkan intervensi dari transforaminal epidural dengan menggunakan C-Arm dilanjutkan dengan USG pada lutut dan kaki pada masalah ekstremitas, kemudian khusus wrist problem pada masalah muskuloskeletal neurologis juga masih diceritakan, masih belum puas ? jangan kuatir nanti kita juga akan melihat demo dari pasien secara langsung yang akan kita lakukan penatalaksanaan untuk membuktikan apa yang kita pelajari.

Neuron Systems
Untuk mengasah kemampuan peserta sekitar pukul 10.45 akan diuji kemampuan dengan mencoba melakukan terapi pada pasien secara langsung. di hari kedua ini jugalah kita terap mendapatkan skill berupa C-Arm Guided Caudal Epidural Intervention dilanjutkan dengan knee pain.





Di hari ketiga kira akan dipersilakan untuk review dengan bersama-sama melakukan pengobatan secara langsung berdasarkan pelajaran dua hari sebelumnya. Nah tunggu apa lagi, daftarkan diri anda segera sebelum kehabisan tempat, mengingat peminatnya sangat banyak. (dkn)

Biaya :
Rp 6.000.000,- sebelum 1 April 2015
Rp 8.000.000,- mulai 1 April 2015

Pendaftaran : Abi 087859472811 atau 085232737088
Pembayaran : Abi Noer Wahyono Bank BNI Unmuh Malang
No. Rek : 0052564240

Baca Juga :
dr. Asep H berharap alat RJP Otomatis Mirip Tambal Ban Ini Tersedia di Seluruh RS Indonesia
Dr. Muhammad Fadhol Romdhoni , M.Si Ingatkan Obesitas Mengancam NKRI
dr. Moch. Ma'roef, Sp.OG : "Bedakan gangguan menstruasi antara jumlah/lamanya dengan gangguan siklus menstruasi "
dr. Aleqsander, Sp.B : "Dasar Ilmu Kedokteran Klinik adalah Ilmu Patologi"
Kasih Ibu Sepanjang Zaman

Selasa, 10 Februari 2015

dr. Asep H berharap alat RJP Otomatis Mirip Tambal Ban Ini Tersedia di Seluruh RS Indonesia

Seorang pria pejalan kaki terjatuh di pinggir jalan dan merasa sakit di dadanya. Beberapa petugas medis dari 118 segera datang ke lokasi berdasarkan panggilan darurat dari saksi mata di lokasi kejadian. Seorang petugas membuka tas emergency kit berwarna merah dan mengeluarkan ambubag, Bisa kita tebak petugas medis tersebut akan melakukan resusitasi cardio pulmonal (CPR) atau Resusitasi Jantung Paru (RJP) yang kita kenal selama ini. Namun para penonton tercengang, seorang petugas bukannya melakukan RJP namun justru memasang alat seperti tambal ban diatas dada pria pejalan kaki itu.

Beberapa detik kemudian alat tersebut bekerja ia segera memompa jantung pejalan kaki yang malang itu tanpa lelahnya. "robot" tersebut mampu melakukan kompresi dada hingga 100 kali tiap menitnya, dan dengan segera meminimalkan adanya interupsi yang menghambat jalannya resusitasi. Alat seperti tambal ban itu bernama LUCAS 2 Chest Compression System.

Alat ini diklaim mampu memberikan oksigen vital secara optimal atau perfusi menggantikan jantung sebelum terjadi iskemi otak sehingga meningkatkan survival rate kepada pasien yang dilakukan RJP hingga masuk ke dalam Return of Spontaneus Circulation (ROSC). Sebagaimana dikutip dari direktur Medis Transportasi yang menggunakannya dr. Charles Lick mengatakan "It's simple and easy to use, and it's small and compact."

Sedangkan di Indonesia sendiri dr. Asep Harirrahman seorang alumni yang juga klinisi di sebuah rumah sakit mengatakan pentingnya alat ini untuk diedarkan di seluruh pusat kesehatan seluruh Indonesia.Ia berharap alat RJP yang sepertinya terinspirasi dari tukang tambal ban di Indonesia ini dapat tersedia dan memudahkan perawat. "Ya, kasihan mbak perawat pekerjaannya jadi terbengkalai, amin ... semoga alat ini segera tersedia dan sepertinya dapat terjangkau atau cukup murah sekitar 14.900 dollar Amerika. Alumni Kedokteran UMM.com sepertinya agak menyangsikan ketersediaan alat ini karena menurut sejarah perkedokteran Indonesia alat kesehatan (alkes) selalu tidak luput dari pajak pengadaan barang mewah yang menyulitkan tenaga kesehatan.

Saat ditanya keuntungan lainnya, beliau juga mengatakan bahwa alat ini mudah langsung diletakkan di dada kemudian punggung diberi alas, ketika pasien diangkat mesin tetap berjalan dan tidak mengganggu transfer. Kemudian untuk soal kebahayaannya beresiko untuk contusio beliau mengatakan insha Allah aman karena sudah diuji secara klinis dan sudah digunakan di negara maju.

"Aman ... Insha Allah, manual kan juga beresiko terjadinya fractur costae"

Begitulah harapan kedepannya terhadap kemajuan ilmu kedokteran dan kemaslahatan umat manusia khususnya negeri Indonesia tercinta.

Kembali pada alat tersebut alumnikedokteran.com mencoba menuliskan teknik penggunaan alat tersebut yang dikutip langsung pada brosur penggunaan alat tersebut.

Lucas Generasi II Automatic CPR dan komponenya

Letakkan posisi sesuai simbol

Atur kecepatan kompresi dan jenisnya

Kompresi dilakukan hingga transfer ketempat aman

Kompresi awal dilakukan sambil mempersiapkan alat


Setelah di ruangan kemudian diharapkan transfer dengan baik dan menjadi ROSC
Memang dengan tersedianya alat tersebut ditambah AED untuk resusitasi portabel diharapkan kombinasi AED dan Lucas 2 dapat menurunkan angka kejadian kematian di tempat-tempat umum. Di sesi lain dr. Asep Harirrahman juga menyatakan harapannya. "Mudah-mudahan RS kita (RS-UMM) menjadi pelopor" kata beliau sambil tersenyum. (dkn)
 
Baca Juga :


dr. T. Djauhari : "Pendidikan kedokteran menciptakan Tokoh Kemerdekaan  
dr. Saiful Alam : "Pemulihan Kondisi Psikologis Anak korban Asia Air
Dr. M. Fariz : "Pemberian Obat Anti Epilepsi dapat di STOP selamanya


Setujukah anda dengan "dokter Layanan Primer"(DLP) ?