Minggu, 12 Oktober 2014

Resiko Gangguan Pernapasan Akibat Kabut Asap Borneo Semoga Segera Berakhir

Kabut Asap yang terjadi akibat pemanasan global mencapai puncaknya sejak awal bulan Oktober 2014 meliputi kawasan pulau yang masih memiliki hutan tropis alami yaitu pulau Kalimantan dan Sumatera. Kebakaran hutan dan lahan di daerah-daerah tak terjangkau itu terjadi biasanya saat puncaknya kemarau di Indonesia. Cuaca ekstrem yang berubah-ubah tanpa ada turunnya hujan itu juga dipicu oleh pembakaran lahan dengan kesengajaan.
Kabut Asap Wilayah Kandangan Kalimantan Selatan (dr. Fachriza)
Gangguan pernapasan yang disebabkan oleh kabut asap itu ditemui baik di fasilitas kesehatan tingkat satu yaitu dokter layanan primer, atau dokter keluarga, hingga rumah sakit pusat rujukan daerah. Gangguan itu diantaranya disebabkan oleh kurangnya kesadaran untuk memakai pelindung seperti masker atau penutup mulut di daerah tersebut. Ruang terbuka hijau yang dibangun pemerintah terkadang justru menjadikan rasa tenang yang berbahaya dengan adanya asap tersebut. Arah angin juga mempengaruhi penyebaran kabut asap tersebut. Hingga menjelang pekan pertama bulan Oktober hingga Jumat (10/10/14) kabut tebal asap masih menyelimuti.

Pemerintah sudah berkoordinasi dengan dinas Kehutanan setempat untuk berusaha memadamkan api di titik-titik ordinat pusat kebakaran, hingga Gubernur sampai mengeluarkan peraturan untuk menghukum para pembakar lahan yang tak berizin. Pembakaran hutan dilarang keras dan diatur oleh UU nomor 32 tahun 2009, tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup sehingga Polisi Kehutanan (Polhut) bekerja ekstra keras bersama masyarakat daerah pedalaman atau daerah transmigrasi mencari dan memadamkan api yang terus berkobar siang dan malam, hingga pada hari ini Senin (13/10/14) api sudah mulai dikuasai dan kabut asap yang mengganggu semakin berkurang.

dr. N. Kunsantri yang bertugas di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan setiap harinya mendapatkan pasien dengan gangguan pernapasan tersebut dari berbagai usia, terutama pada anak-anak dan balita yang rentan. Di Kutai Barat juga kabut asap sangat mengganggu, dimana dr. Erni Juwitasari, dr. Mussalam AKM, dan dr. Ika Maya yang merupakan keluarga besar AKU membenarkan hal tersebut. Mereka mendapatkan kasus-kasus yang relatif sama dari akhir bulan September hingga pekan awal bulan OKtober.

Hingga hari berita ini diturunkan beberapa penerbangan vital ke dalam akses Kalimantan Timur seperti Kutai Barat terutama Melak menjadi tertunda hingga kabut asap selesai tertiup angin di jarak pandang yang aman, terutama rute yang paling mengkhawatirkan adalah kawasan Tarakan-Tanjungselor-Samarinda-Melak-Balikpapan. Maskapai penerbangan seperti Kalstar yang berpengalamanpun juga lebih mengutamakan keselamatan penumpang.

Di lain sisi gangguan pernapasan akut terus mengalami peningkatan meskipun tidak signifikan. Para dokter AKU yang berada di kawasan Selatan juga mengalami hal yang sama, diberitakan sekolah di kawasan Kalimantan Tengah yang merupakan wilayah dr. Anna Mariana juga membenarkan adanya libur sekolah dua hari pada saat puncaknya kabut asap. dr. Fachriza Effendi di kawasan Tanjung Kalimantan Selatan kepada AKU mengatakan jarak pandang yang sulit disertai gangguan pernapasan akut meningkat di Puskesmas wilayah tersebut.
Meluas dari Palangkaraya - Banjarmasin - Kutai Barat - Samarinda - Tarakan
Begitu pula wilayah AKU yang lain, yakni dr. Agus Suseno, dr. Rola Astuti, dr. Ali Zaenal Abidin juga membenarkan adanya hal tersebut. Dinas Kesehatan setempat memasang status siaga akan kewaspadaan gangguan pernapasan tersebut. Dinas Kesehatan Kota Palangkaraya bersama Dinas Pendidikan sepakat meliburkan anak sekolah karena resiko infeksi Respiratori Akut (IRA) yang berbahaya. Masker Gratis akan disiapkan oleh pemerintah jika sesuatu yang buruk terjadi, namun diharapkan warga agar memiliki sendiri tanpa menunggu pemerintah. Di Balikpapan sendiri kasus IRA meningkat berdasarkan laporan dinas kesehatan kepada Walikota yakni, meningkat 1.386 orang di bulan september, dan memasuki pekan pertama bulan Oktober sudah ada 1.300 penderita.  Kawasan Kalimantan Utara sudah membagi dengan cepat 12 ribu masker kepada masyarakat diikuti wilayah lain sekitarnya.

Share This Article


0 komentar:


Setujukah anda dengan "dokter Layanan Primer"(DLP) ?