Selasa, 21 Oktober 2014

Benang Merah Antara Sumpah Pemuda dan Sumpah Dokter

Hari itu tanggal 28 Oktober 1928 dimana para pemuda Indonesia dari seluruh negeri berkumpul untuk bersumpah bersama menyatakan persatuan tanah air, berbahasa, dan berbangsa satu Indonesia. Hari itu juga lagu Indonesia Raya dikumandangkan.

Memaknai hal tersebut menjadi sebuah renungan bersama para pemuda negeri ini khususnya Alumni Kedokteran UMM yang terbentuk untuk mempersatukan "re-union" para alumni yang sudah tercerai-berai menentukan nasibnya sendiri bersama lulusan fakultas kedokteran Indonesia dan dunia. Kami datang dari berbagai kalangan untuk belajar bersama di fakultas yang kita cintai ini untuk mengabdi pada negara di bidang kedokteran. Sehingga wajarlah makna itu menjadi sangat dalam manakala dihadapkan pada ingatan-ingatan kebersamaan sejak masuk dan menimba ilmu hingga harus menerima takdir membawa almamater Universitas Muhammadiyah Malang.
 
Refleksi Benang Merah Sumpah Pemuda dan Sumpah Dokter
Benang merah adalah sebuah ilustrasi gambaran nyata yang merupakan suatu kesatuan yang dapat menghubungkan antara beberapa faktor yang berbeda hingga menjadi suatu kesatuan. Begitu pula benang merah antara sumpah pemuda dan sumpah dokter. Terutama para dokter AKU dari ujung Sabang hingga ke Merauke, dari pulau-pulau yang tersebar di seluruh Indonesia mengingatkan kita akan pengabdian daerah (PTT) para dokter Indonesia yang bertugas dengan mengorbankan kebahagiaan yang dimilikinya seperti jauh dari keluarga dan hiburan di kota, serta peralatan medis yang terbatas.

Dari sumpah pemuda itulah memori yang berulang direkam kembali maknanya, yaitu perjuangan pengorbanan untuk negeri kita tercinta, Indonesia. Merupakan tonggak sejarah yang mempersatukan negeri ini hingga mengusir penjajah. Keputusan dari kongres pemuda itulah yang mencita-citakan kemerdekaan bagi negeri ini. Karena itulah NKRI merupakan harga mati.
Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

Diatas adalah bunyi sumpah pemuda yang terpampang di Museum Sumpah Pemuda di Jakarta. Adakah dari para alumni yang tergugah ?

Jika disandingkan dengan sumpah dokter yang berbunyi sebagai berikut;

Demi Allah,
Saya bersumpah bahwa :
Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan.
Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara terhormat dan bersusila, sesuai dengan martabat pekerjaan saya.

Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur jabatan kedokteran.
Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya dan karena keilmuan saya sebagai dokter.
Kesehatan penderita senantiasa akan saya utamakan.
Dalam menunaikan kewajiban terhadap penderita, saya berikhtiar dengan sungguh-sungguh supaya saya tidak terpengaruh oleh pertimbangan Keagamaan, Kebangsaan, Kesukuan, Politik Kepartaian atau Kedudukan Sosial.

Saya akan memberikan kepada guru-guru saya penghormatan dan pernyataan terima kasih yang selayaknya.
Saya akan memperlakukan teman sejawat saya sebagaimana saya ingin diperlakukan.
Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan.
Sekalipun diancam saya tidak akan mempergunakan pengetahuan Kedokteran saya untuk sesuatu yang bertentangan dengan hukum perikemanusiaan.

Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan dengan mempertaruhkan kehormatan diri saya.

Jika hal ini merupakan perenungan bagi kita semua disaat peringatan sumpah pemuda, masih ingatkah kita sebagai dokter akan sumpah kita. AlumniKedokteranUMM.com ingin mengajak para alumni sekalian untuk mengenang kembali sekaligus merenungi sudah sejauh mana pengorbanan dan pengabdian kita terhadap bangsa ini dibandingkan dengan pengorbanan mereka disaat itu akses sangat sulit yakni kapal laut dan jalan darat yang jauh sekali mereka masih dapat berkumpul, namun bagi kita yang sudah dizaman modern ini untuk bertemu mempersatukan diri satu sama lain justru malah lebih sulit. Ada apa sebenarnya ?

Tuliskan pendapat anda pada kolom komentar artikel di bawah ini.
Ditunggu ... :)

Baca Juga :
 
Share This Article


0 komentar:


Setujukah anda dengan "dokter Layanan Primer"(DLP) ?