Hari itu tanggal 28 Oktober
1928 dimana para pemuda Indonesia dari seluruh negeri berkumpul untuk bersumpah
bersama menyatakan persatuan tanah air, berbahasa, dan berbangsa satu
Indonesia. Hari itu juga lagu Indonesia Raya dikumandangkan.
Memaknai hal tersebut
menjadi sebuah renungan bersama para pemuda negeri ini khususnya Alumni
Kedokteran UMM yang terbentuk untuk mempersatukan "re-union" para
alumni yang sudah tercerai-berai menentukan nasibnya sendiri bersama lulusan
fakultas kedokteran Indonesia dan dunia. Kami datang dari berbagai kalangan
untuk belajar bersama di fakultas yang kita cintai ini untuk mengabdi pada
negara di bidang kedokteran. Sehingga wajarlah makna itu menjadi sangat dalam
manakala dihadapkan pada ingatan-ingatan kebersamaan sejak masuk dan menimba
ilmu hingga harus menerima takdir membawa almamater Universitas Muhammadiyah
Malang.
Benang merah adalah sebuah
ilustrasi gambaran nyata yang merupakan suatu kesatuan yang dapat menghubungkan
antara beberapa faktor yang berbeda hingga menjadi suatu kesatuan. Begitu pula
benang merah antara sumpah pemuda dan sumpah dokter. Terutama para dokter AKU
dari ujung Sabang hingga ke Merauke, dari pulau-pulau yang tersebar di seluruh
Indonesia mengingatkan kita akan pengabdian daerah (PTT) para dokter Indonesia
yang bertugas dengan mengorbankan kebahagiaan yang dimilikinya seperti jauh
dari keluarga dan hiburan di kota, serta peralatan medis yang terbatas.
Dari sumpah pemuda itulah
memori yang berulang direkam kembali maknanya, yaitu perjuangan pengorbanan
untuk negeri kita tercinta, Indonesia. Merupakan tonggak sejarah yang
mempersatukan negeri ini hingga mengusir penjajah. Keputusan dari kongres
pemuda itulah yang mencita-citakan kemerdekaan bagi negeri ini. Karena itulah
NKRI merupakan harga mati.
Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe,
tanah Indonesia.
Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa
Indonesia.
Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa
Indonesia.
Diatas adalah bunyi sumpah pemuda yang terpampang di Museum Sumpah Pemuda
di Jakarta. Adakah dari para alumni yang tergugah ?
Jika disandingkan dengan sumpah dokter yang berbunyi sebagai berikut;
Demi Allah,Saya bersumpah bahwa :Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan.Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara terhormat dan bersusila, sesuai dengan martabat pekerjaan saya.Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur jabatan kedokteran.Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya dan karena keilmuan saya sebagai dokter.Kesehatan penderita senantiasa akan saya utamakan.Dalam menunaikan kewajiban terhadap penderita, saya berikhtiar dengan sungguh-sungguh supaya saya tidak terpengaruh oleh pertimbangan Keagamaan, Kebangsaan, Kesukuan, Politik Kepartaian atau Kedudukan Sosial.Saya akan memberikan kepada guru-guru saya penghormatan dan pernyataan terima kasih yang selayaknya.Saya akan memperlakukan teman sejawat saya sebagaimana saya ingin diperlakukan.Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan.Sekalipun diancam saya tidak akan mempergunakan pengetahuan Kedokteran saya untuk sesuatu yang bertentangan dengan hukum perikemanusiaan.Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan dengan mempertaruhkan kehormatan diri saya.
Jika hal ini merupakan perenungan bagi kita semua
disaat peringatan sumpah pemuda, masih ingatkah kita sebagai dokter akan sumpah
kita. AlumniKedokteranUMM.com ingin mengajak para alumni sekalian untuk
mengenang kembali sekaligus merenungi sudah sejauh mana pengorbanan dan
pengabdian kita terhadap bangsa ini dibandingkan dengan pengorbanan mereka
disaat itu akses sangat sulit yakni kapal laut dan jalan darat yang jauh sekali
mereka masih dapat berkumpul, namun bagi kita yang sudah dizaman modern ini
untuk bertemu mempersatukan diri satu sama lain justru malah lebih sulit. Ada
apa sebenarnya ?
Tuliskan pendapat anda pada kolom komentar artikel
di bawah ini.
Ditunggu ... :)
Baca Juga :
Share This Article
0 komentar:
Posting Komentar