Selasa, 20 Januari 2015

Dr. Muhammad Fadhol Romdhoni , M.Si Ingatkan Obesitas Mengancam NKRI

Ditemui pada talk show dalam salah satu stasiun televisi lokal  Senin (12/1/15) dr. M. F. Romdhoni, M.Si atau yang dikenal dokter MFR itu mengatakan ancaman obesitas bagi generasi muda yang disebabkan pola gizi dan makan yang salah. Bukan gizi buruk saja yang dapat terjangkit dari pola makan dan makanan yang salah justru obesitas adalah termasuk bahaya yang harus diwaspadai.
Obesitas Ancaman Baru NKRI, dr. Muhammad FR, M.Si

Kita tahu dalam beberapa tahun terakhir gizi buruk dapat ditemukan pada keluarga yang berkecukupan dan bukan keluarga miskin (gakin) itu menandakan pola makan yang salah bukan dari ketidakmampuan secara finansial. Dokter yang memiliki beberapa bisnis sosial ini juga mengajarkan secara singkat tentang bagaimana mengukur status gizi seseorang secara awam.



Secara garis besar melalui talk show tersebut dipaparkan penafsiran akan bahayanya obesitas terhadap bangsa Indonesia, kita akan kehilangan karakteristik sebagai bangsa yang sehat. "Jadi mengukur kita obesitas atau bukan dapat diukur melalui rumus indeks massa tubuh atau IMT" begitu kira-kira hasil talk show yang disampaikan oleh MFR atau yang dikenal akrab dr. Muhammad Fadhol Romdhoni, M.Si, video wawancara beliau juga dapat diunduh dengan gratis di www.romdhoni.com sebuah portal yang khusus membahas seputar pikiran-pikiran resminya.

Berdasarkan klasifikasi penyampaian beliau yaitu untuk mengukur Indeks Massa Tubuh sebagai berikut:
IMT = kilogram (kg) / meter kuadrat (tinggi badan) sehingga didapatkan rata-rata IMT 18,5-24,9 jika mencapai angka diatas 25 hingga 30 maka itu disebut gemuk sedang namun jika diatas 40 maka disebut obesitas. Berdasarkan data WHO atau organisasi kesehatan dunia didapatkan obesitas menjadi 64% penyebab kasus diabetes pada pria dan 74% menjadi penyebab diabetes pada wanita, sebuah angka ekstrim ancaman obesitas terhadap  NKRI yang kita cintai. Nah, Tertarik untuk menurunkan berat badan ?Jika ingin menurunkan berat badan pembaca sekalian dapat menghubungi beliau. (dkn)


Baca Juga :



Share This Article


0 komentar:


Setujukah anda dengan "dokter Layanan Primer"(DLP) ?