Minggu, 22 Mei 2016

Pengamat Militer dan Mantan Rektor UMM Ini Ingatkan Bahaya Laten Komunis

Malang - Alumnikedokteranumm.com. Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang Era SBY sekaligus pengamat Militer Prof. Muhadjir Effendy dalam suatu kesempatan menyatakan keprihatinannya terhadap munculnya paham sesat dari generasi muda yang miskin akan pengetahuan sejarah. Beliau mengatakan bahwa munculnya simbol palu arit memang sengaja dilakukan oleh orang-orang yang berkepentingan memutar balikkan sejarah.

Sebagaimana dilansir dari malangtimes.com, di beberapa tempat di Indonesia termasuk wilayah Malang terjadi sebuah penangkapan para oknum tertentu yang mengenakan simbol palu arit dengan sengaja bertepatan dengan hari lahir Partai Komunis Indonesia (PKI) ke-102 menurut versi mereka tanggal 9 Mei 2016. Yang lucunya partai  itu telah menjadi partai terlarang dan wajib dibubarkan aktivitasnya sesuai dengan ketetapan MPR No. XXV tahun 1966, pasca pemberontakan G 30 S PKI. 

Senada dengan Prof. Muhadjir Effendy, di tempat lain ketua PP Muhammadiyah Prof. Din Syamsuddin juga menyatakan keprihatinannya dan menginstruksikan para kader Muhammadiyah untuk lebih waspada dan memberikan pendidikan kepada sekolah-sekolah Muhammadiyah tentang bahaya komunisme ini. 

Sebagaimana kita ketahui PKI telah banyak membunuh warga sipil terutama Ulama, bahkan mereka di bunuh di tempat yang tak semestinya yakni di lingkungan Masjid, sebagimana peristiwa PKI Madiun bulan September tahun 1948. Operasi kekacauan tersebut sengaja dilemparkan oleh PKI melalui cara-cara licik, penculikan tokoh-tokoh dan adu domba antar kesatuan TNI termasuk yang telah menjadi korban adu domba adalah pasukan Siliwangi, hingga berhasil ditumpas oleh pasukan TNI di bawah pimpinan Kolonel Gatot Subroto yang berhasil lepas dari adu domba PKI.

Berdasarkan sejarah kelam tersebut, pantaslah sebagai warga negara Indonesia yang berkeTuhanan Yang Maha Esa, turut prihatin. Semoga pemerintah dapat bertindak tegas agar suasana kedamaian negeri tetap terjaga. (dkn)





Share This Article


0 komentar:


Setujukah anda dengan "dokter Layanan Primer"(DLP) ?